Anak Cendana (Pola Hidup Sederhana)

(Ini adalah salah satu lirik lagu Iwan Fals yang juga menjadi kontroversial. Pada tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat kepolisian dan sempat ditahan selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu ini bersama lagu-lagu berlirik keras lainnya pada sebuah konser. Pada masa itu disaat banyak penyanyi lain lebih memilih jalur cinta, Iwan Fals justru sangat berani ‘menantang’ lewat lirik-lirik lagunya yang pedas dan membuat penguasa saat itu berusaha ‘mendidik’ Iwan Fals. Lagu ini pada waktu itu sempat dibawakan pada konser-konser dan juga pernah di putar di sebuah stasiun radio amatir. Membaca judulnya saja kita pasti mudah memahami siapa yang dimaksud oleh Iwan Fals.)


Anak Cendana (Pola Hidup Sederhana)
Iwan Fals (1978)

Anggrek anggrek subur
Dalam taman yang berpagar peluru
Cengkeh kopi dan teh
Serta banyak pabrik di pelosok negeri ini kau punya
Tak kan habis harta tuan tuk tujuh turunan

Pola sederhana itu yang kau minta
Bagi kami hidup berdagang
Bagi kami hidup bertani
Bagi kami pegawai negeri
Bagi kami gelandangan keki
Bagi kami pelacur kelas tinggi
Serta bagi kami yang ABRI

Pola sederhana kan kami lakukan
Asal tuan sudah melakukan
Asal tuan sudah melakukan


Semar Mendem

(Lirik lagu yang sangat lama, sebelum Iwan Fals dikenal luas. Lirik ini sempat direkam bersama grup bandnya saat itu yaitu 'Amburadul' untuk menjadi sebuah lagu, namun tidak dipasarkan atau gagal. Mengapa? Baca saja liriknya!)

Semar Mendem
Iwan Fals (1978)

Dengan langkah tegap berjalan
Seorang pria gendut ubanan
Kau menyusuri lorong pasar
Dikawal ratusan kamera para wartawan
Untuk bahan obrolan buat isi koran

Gemetar para pedagang
Waktu melihat Semar datang
Mengoreksi harga makanan
Mengoreksi harga makanan

Langsung harga turun sekejap
Karena takut Semar menindak
Ibu pejabat yang ikut rombongan
Wah kebetulan mumpung ada teman
Harga barang turun dirasakan

Setelah Semar selesai
Mengoreksi harga makanan
Terpampang dalam surat kabar
Dengan resmi dia umumkan
Harga sembilan bahan pokok tiada perubahan

Ketika ku belanja di pasar
Kaget melihat harga barang
Lalu kuhampiri seorang pedagang
Dan kutanyakan

Siti Sang Bidadari

Iwan Fals, Totok Gunarto, Helmie (1978)

Bedug Maghrib berbunyi keras sekali
Waktu itu aku sudah terbuai mimpi
Mimpi bergumul mesra dengan bidadari
Yang bernama Siti

Nikmat nian aku terbuai mimpi
Lupa pintu kamar mandi untuk dikunci
Pas pukul dua pagi datang maling
Yang tahu diri

Hilang sikat gigi
Hilang pasta gigi
Hilang sabun gigi
Hilang handuk gigi
Yang hilang memang serba gigi

Tapi justru yang hilang gigi
Aku keki

Aku cinta negeri ini
Aku puja negeri ini
Aku manja negeri ini
Aku sayang negeri ini
Makanya aku buat lagu ini

Negeri kita cantik
Bagai bidadari yang bernama Siti
Sehingga banyak diincar kaum lelaki

Negeri kita nikmat
Bagai rendang Padang buatan Gozali
Sehingga banyak yang makan gak bayar terus lari

Atau mungkin ekonomi Indonesia
Sudah kemasukan para pencuri
Itu terbukti
Belum tuntasnya kasus Budiaji
Itu terbukti
Tenang tenang saja sikap POLRI !
Lindungi Tuhan, lindungi kami dari para pencuri amiin !!

Demokrasi Nasi

(Ini adalah salah satu lirik lagu Iwan Fals yang menjadi kontroversial. Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu ini bersama lagu-lagu berlirik keras lainnya pada sebuah konser di Pekanbaru. Menurut pihak keamanan, lagu semacam ini dianggap dapat mengganggu stabilitas. "Aparat keamanan nyuruh aku bikin lagu seperti lagunya Rinto Harahap dan A. Riyanto. Ya jelas dong, nggak bakalan laku!", ujar Iwan Fals sambil menyibak rambutnya. (petikan jawaban Iwan Fals diambil dari sini). Pada masa itu disaat banyak penyanyi lain lebih memilih jalur cinta, Iwan Fals justru sangat berani ‘menantang’ lewat lirik-lirik lagunya yang pedas dan membuat penguasa saat itu berusaha ‘mendidik’ Iwan Fals. Lagu ini selain pernah dibawakan pada konser-konser, juga pernah diputar di sebuah stasiun radio amatir)

Demokrasi Nasi
Iwan Fals (1978)

Ada lagi sebuah perkara
Tentang nyawa manusia
Kisah ini memang sudah lama
Tapi benar terjadi

Anak seorang menteri
Membuat onar lagi
Menembak sampai mati
Kok nggak ada sangsi?

Tentu bukan sesuai dengan undang-undang
Di negeri ini yang katanya demokrasi

Lain lagi dengan orang biasa
Bila mereka curiga
Langsung masuk penjara
Tanpa bukti nyata

Mengapa?
Mengapa?

Undang-undang tampaknya sakit perut
Tuan tolong panggilkan dokter ahli
Untuk Indonesia yang bisa hidupnya
Mungkin terkena wabah kolera

Undang-undang tampaknya sedang sakit
Tuan tolong panggilkan dokter ahli
Untuk Indonesia
Mungkin terkena wabah selesma

Kemarau

Kemarau pasti datang
Tak mungkin ditentang
Tanah kering kerontang
Ilalang terbakar
Kehidupan merindukan air

Hawa panas sampai ke sumsum
Amarah mencoba menembus hari
Tergoda bertahan
Tergoda melawan
Kekalutan melanda situasi resah

Kemarau di hati butuh dimengerti
Karena air sulit dicari
Kemarau di hati butuh dimengerti

Kemarahan menjalar berpijar pijar
Karena api datang menyambar nyambar

Berlomba, berlari
Terkapar, terinjak injak

Mengalir, bencana
Menahun, berulang

Meleleh air mata jangan disimpan
Menggantikan hujan yang diharapkan
Meleleh air mata jangan disimpan
Biarkan membasahi tanah hitam tercinta

Lapar tercampak diujung malam
Bulan bintang cemerlang hanya menyaksikan
Hukum alam berjalan menggilas ludah
Hukum Tuhan katakan “Sabar!”

Lagu Sedih

Lagu sedih anak perawan
Menunggu pacarnya datang
Didepan sebuah pertokoan
Dibawah halte penuh coretan

Lagu sedih perjaka ting ting
Ingin disebut jagoan
Melihat temannya terkapar
Mati didalam comberan

Kisah hari hari kota besar
Menghiasi hati yang diburu
Habis disapu industri
Merubah hati menjadi mesin

Lagu sedih
Berbuih buih
Lapar sayang
Ingin disayang

Lagu sedih ibu yang sepi
Sebab suaminya bosan
Mengharap belaian sayang
Yang tulus penuh pengertian

Lagu sedih bapak yang angkuh
Sebab pekerjaannya kisruh
Pergi ketempat hiburan
Menghamburkan uang curian

Kisah hari hari kota besar
Menghiasi hati yang diburu
Habis disapu industri
Merubah hati menjadi mesin

Lagu sedih
Berbuih buih
Lapar sayang
Ingin disayang

Lagu sedih
Semakin perih
Haus sayang
Ingin disayang

Kembali Ke Masa Lalu

Aku ingin kembali ke masa lalu
Berjalan dari warung ke warung
Berjalan dari rumah ke rumah
Berada disetiap tempat sampah
Begadang, main gitar, mabuk, nyanyi
Setelah itu bercanda dengan para pelacur

Aku ingin kembali ke masa lalu
Ke masa kesalahan menjadi kebanggaan
Waktu itu aku bebas aku lepas
Aku bisa teriak sekeras aku suka
Aku bisa menangis secengeng aku mau
Langkahku ringan rasanya terbang

Aku paling suka mencari perhatian
Segala cara aku lakukan
Tak ada beban tak ada dosa
Tak ada yang aku risaukan
Paling paling hanya hari depan
Dan dituduh P K I

Mencari Kata-Kata

Iwan Fals (1998)

(lagu ini dinyanyikan saat jumpa pers di depan wartawan pada tahun 1988 sebelum konser di Batang)

Kehidupan seorang manusia selalu melamun
Dan apa yang dilamunkan
Apa yang dilamunkan itu salah satu terwujud
Seperti lamunanku yang mencari kata-kata

Bangun tidur layaknya seorang petani
Kalau petani mengambil cangkul
Aku mengambil gitar dan mencari kata-kata
Dan selalu mencari kata-kata

Kata-kata sangat bermanfaat bagiku
Dan kata-kata yang membuat kehidupanku terwujud

Mencari kata-kata
Dan selalu mencari kata-kata
Tiap hari aku mencari kata-kata
Mencari kata-kata


Suhu

Iwan Fals (1997)

(Dibawakan dalam konser Iwan Fals di ITB, 1997)

Kekerasan ada batasnya
Keluwesan tak ada batasnya
Tak ada kuda-kuda yang tak bisa dijatuhkan
Karena itu geseran lebih utama

Kekuatan geseran terletak pada keseimbangan
Rahasia keseimbangan adalah kewajaran
Wajar itu kosong

Joned

Iwan Fals (1993)

( Lagu ini dibawakan pada ‘Konser Humor Musim Panas’ di TIM Jakarta 1993. Lagu tentang prajurit tua yg disingkirkan alias veteran )

Sakit hati prajurit tua Mohamad Joned
Sumpah serapah yang keluar 'monyet'
Nasibnya sial
Karirnya sial

Puluhan tahun dia lewati
Puluhan tahun dia mengabdi
Kepala buat kaki
Jurit Joned bersabarlah sampai mati

Oii jangan frustasi
Oii badanmu kurus nanti
Oii jangan iri
Jurit Joned emang mereka turunan 'nyomet'

Kembanglah sang otak
Geraklah bergerak
Bangkitlah sang nyali
Jurit Joned menyanyi lagi

Kembanglah sang otak
Geraklah bergerak
Bangkitlah sang nyali
Jurit Joned menyanyi lagi

Aua aua..au

Yang pasti hidup ini keras
Tabahlah terimalah
Lindas melindas sudah lepas landas
Lepas landas sudah tergilas gilas

Joned awas ada BOM….
Joned awas ada BOM….
Joned awas ada BOM….

Sakit hati prajurit tua Mohamad Joned
Sumpah serapah yg keluar 'monyet'
Nasibnya sial
Karirnya sial

Puluhan tahun dia lewati
Puluhan tahun dia mengabdi
Jurit Joned bersabarlah sampai mati

Jangan frustasi
Jangan iri
Jurit Joned emang mereka turunan 'MONYET'

Anissa

Iwan Fals (1986)

(Lagu ini seharusnya ada di album “Aku Sayang Kamu” (1986) tapi karena liriknya yang terlalu keras maka pihak MUSICA tidak berani menampilkan lagu tersebut. Coba cek dicover pada bagian penata musik ada kata - kata Anissa. Namun lagu ini sempat diputar di stasiun radio di Jakarta)

April pertama kali aku mulai rasa
Diperut istriku ada nafas
Saat gelisah marah dan takut menyatu
Dua belas hari aku dijamu polisi melulu

Namun semua lewatlah sudah
Batin ibu dan ayahmu selamat
Sementara Tuhan tetap teruskan niatnya
Berkembanglah benih di rahim istriku

Juli bulan keempat amuk api di Penjaringan
Hanguskan jiwa saudaramu nak
Dua puluh ribu orang dikotak katik taktik
Namun benarkah taktik hanya isyu

Tetapi ayah tak sanggup berbuat apa - apa
Sebabnya engkau tahu ayah bukan Superman
Jiwaku yang merintih melihat mereka yang gusar
Walau begitu api kian membesar

Dua belas September bulan berikutnya
Saat degup jantungmu semakin jelas
Di Tanjung Priok sana ada orang marah
Penjuru Jakarta dicumbu resah

Sementara setelah itu
Semua orang takut buang hajat juga takut
Begitu banyak kantong plastik yang tersebar
Siap janjikan maut disetiap jengkal tanah air kita

Akhir Oktober tujuh bulan usiamu
Tanpa sajen rujak tujuh rupa
Bagaimana mungkin adakan selamatan
Banyak pasar yang tutup sebab Cilandak meledak (kena mortir)

Anakku nomor dua cukup istimewa
Waktu dalam perut semua orang pada ribut
Banyaknya peristiwa menyambut tangismu
Sadarilah sadari sadarilah oh... Anissa

Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu

Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Hantamlah sombongnya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu

Sketsa Setan Yang Bisu

Iwan Fals (single 2000)

(dibawakan live pada munas Oi tahun 2000)

Transaksi narkoba ada dimana – mana
Di perkampungan, di perumahan, di pesantren, di sekolahan
Di tempat hiburan, di kejaksaan bahkan di dalam penjara sekalipun
Bagai wabah buktinya pun bercecaran di mana – mana

Operasi narkoba apakah benar – benar bisa menyelesaikan persoalan
Atau bahkan bukan malah menjadi bagian dari promosi
Narkoba adalah gaya hidup, narkoba adalah ajang bisnis
Untuk sebagian orang, narkoba adalah jalan keluar
Dari hidup yang kian hari bertambah sumpek

Bagi para pecandu, narkobalah tuhannya
Bagi para bandar, narkoba adalah bisnis yang menggiurkan
Bagi para penegak hukum, narkoba adalah ceperan yang vital
Bagi para produser, apa sih maksudnya ?

Narkoba harus ditata, agar bisa jadi devisa
Devisa jasmani, devisa rohani, devisa Negara Indonesia
Narkoba harus bersuara, punya saluran yang resmi

Agar semuanya bisa menjadi lebih jernih
Dan tidak menjadi setan membisu

Lagu ini lagu bekas pecandu
Semoga bisa menjadi solusi
Narkoba perlu pemecahan yang bermutu
Agar tidak menjadi perang abadi

Repot Nasi (sami mawon)

Iwan Fals (single 2005)

(dibawakan live di Leuwinanggung pada acara Reuni Oi 10 – 11 September 2005)

Aku mendengar suara, tak ada wajahnya
Seribu doa – doa di atas kepala
Mencari suara dari dalam qalbu
Sulit rasanya kudengar suaranya ... kudengar suara
Hanya sampai dijakun saja ... Repot nasi !!!!!

Mencari kata – kata
Mencari kata – kata
Entah dimana apakah menempel di langit – langit tenda ???
Mencari teman dalam bersilat lidah

Mencari suara
Mencari suara
Tak ada makna menyanyi saja ... menari saja
Leher bergerak pun tak apa

Tapi sebelum tidur jangan lupa berdoa
Kadang – kadang sembuhkan luka dalam diri
Doa apa saja ... nyanyi apa saja
Doa atau nyanyi .... sami mawon

Ribuan kilo ribuan kilo sekilo seribu
Ada langka seribu ... ada langka pertama
Sebelum kedua sebelum ketiga sebelum keempat sebelum kelima
Semoga mimpi indah

Mencari kata – kata ... mencari suara
Ternyata tak perlu dicari, Ia datang sendiri
Seperti warna – warni dalam lukisan kita
Ia melukis sendiri ... ia bercerita sendiri

Ia .. ia .. ia.. aku dan kau sama ... sami mawon
Mencari kata – kata tak ada koma tak ada isi
Tak ada tanda seru
Tak tanda tanya tanda kutif pun tak apa – apa
Mencari kata – kata ternyata cape juga

Maumere

Iwan Fals (Single 1993)

(Dinyanyikan di acara lelang buat Flores, 24 Januari 1993)

Maumere ... Maumere ...
Sika ngada ende Flores Timur bersedih
Maumere ... Maumere ...
Sika ngada ende Flores Timur menangis
Sika ngada ende Flores Timur menangis

Lagu sedih nyanyian sedih
Irama sedih tarian sedih
Irama sedih tarian sedih

Maumere ... Maumere ...
Sika ngada ende Flores Timur bersedih dan menangis
Badai tsunami dan gempa bumi

Maumere ... Maumere ...
Sika ngada ende Flores Timur bersedih dan menangis
Pikiran - pikiran kotor menyingkirlah
Hati yang kotor menyingkirlah
Maumere ... Maumere ...

Rubah

Jaman berubah keadaan tak berubah
Orang berubah tingkah laku tak berubah
Wajah berubah kok seakan tambah susah
Manusia berubah berubah rubah

Kasih yang dicari yang ada komedi
Revolusi dinanti yang ada Ashari
Lembaga berdiri berselimut korupsi
Wibawa menjadi alat melindungi diri

Pendidikan adalah anak tiri yang kesepian
Agama sebagai topeng yang menjijikkan
Kemiskinan merajalela yang kaya makin rakus saja
Kesehatan dan hukum diperjual belikan

Kesaksian tergusur oleh kepentingan pribadi
Pemerintah keasyikan berpolitik
Partai politik sibuk menuhankan uang
Ada rakyat yang lapar makan daun dan arang
Televisi sibuk mencari iklan
Sementara si Iwan menunggu giliran
Raja pane dan tendri menatap dengan mata kosong
Dimana mimpi?
Apa ditelan tsunami

Malam Sunyi

Iwan Fals / Al-Zastrouw Ngatawi (Single)

(Dinyanyikan live di TVRI di era paceklik album Iwan Fals)

Allaahumma sholli wasallim wabaarik alaih
Allaahumma sholli wasallim wabaarik alaih

Malam hening sejuk sunyi
Langit cerah menaungi
Atap kehidupan nyata
Tak tembus terpandang mata

Ini sajadah panjangku
Tunduk sujud menghadap-Mu
Bisikan asma yang agung
Taqarub mengharap ridho-Mu

Allaahumma sholli wasallim wabaarik alaih
Allaahumma sholli wasallim wabaarik alaih

Pancaran nur suci gerbang pengampunan
Sembah sujudku hanya pada-Mu
Jasad mengitari lingkaran yang suci
Hidup matiku hanya untuk-Mu

Allaahumma sholli wasallim wabarik alaih
Allaahumma sholli wasallim wabarik alaih

Pancaran nur suci gerbang pengampunan
Sembah sujudku hanya pada-Mu

Jasad mengitari lingkaran yang suci
Hidup matiku hanya untuk-Mu

Yaa Rabbi
Hidup matiku sembah sujudku hanya untuk-Mu

Kapal Bau Pesing

Kereta didorong matahari menghadap bulan
Orang orang tidur di gelandang kapal
Lampu lampu suar kerlap kerlip
Memberi isyarat

Mengepung imaji
Warnanya kuning dan hijau
Yang lain mengintip dari jauh

Tukang foto yang foto
Peluit kapal berbunyi
Bulan sabit pindah ke samping
Bentuknya seperti celurit melentang

Laut kotor sampah plastik limbah kaleng menari
Kapal bau pesing
Suara mesinnya seperti air mendidih
Suara mesinnya seperti air mendidih

Tali kapal dilempar
Orang orang bergegas turun
Nelayan kali menjaring ikan di kali berkali kali
Berjalan di berebatu yang lain
Kadang kadang tubuhnya setengah badan basah terendam

Di air tenang ia melempar jaring
Sebab biasanya di sana ikan ikan berenang
Dari celah celah batu ikan mengintip
Nelayan kali mandi di air deras
Dari tadi ikan belum juga didapat

Penggali pasir menggali berkali kali
Ada yang tua ada yang muda
Kemudian pasir dipisah pisah
Atas bak truk terbuka mengangkutnya ke toko

Anak anak kecil ada yang menyelam berkali kali
Sambil bercanda setelah memancing berkali kali

Aku menjemur pakaian di atas batu
Pikiran dan perasaanku dipenuhi oleh air kali
Mengambang mencari makan melawan arus berkelompok

Makna Hidup Ini

Aku tak mengerti aku tak mengerti
Apa sesungguhnya makna hidup ini
Semua yang terjadi seperti serupa
Pagi yang bernyanyi akhirnya harus pergi

Aku nyatanya tak berdaya
Ingin mencoba mengerti walau tak mengerti
Harus kujalani harus tak mengeluh
Mungkin jawabannya
Adalah persoalan itu sendiri

yaya yaya yaya
yaya yaya yaya

Halau hangat tubuhku dan alunan lagu
Menemani aku dalam perjalanan
Menyebrangi sungai menerangi lautan bosan
Pasti kunikmati rasa sepi ini

Ingin ku membagi tapi tak berbagai
Keluh kesah ini milik aku sendiri
Nyanyian ini sekedar air untuk terbakar
Sebagai kaki pelepas hati yang selalu was was

Suara sang penyelamat untuk hidup sesaat
Masuk dari jendela di bawah pintu
Bangkitkan gairah bangkitkan jiwa yang tidur
Kenyataan hidup hampir saja redup

Nyatakan Saja

Nyatakan saja apa yang terasa
Walau pahit biasanya
Jangan disimpan jangan dipendam
Merdekakan jiwa

Bersuaralah kawan
Bagai ombak dilautan
Pasti lega hatimu
Jangan lagi ragu

Bersuaralah kawan
Bagai ombak dilautan
Pasti lega hatimu
Jangan lagi ragu

Walau diam adalah emas
Yang jelas diam adalah diam
Diamlah diam kalau kau suka
Tetapi kenyataan harus dinyatakan

Katakan saja
Apa yang terasa
Jangan disimpan
Jangan dipendam

Katakan saja
Semua yang terasa

Selamat Tinggal Ramadhan

Selamat tinggal ya Ramadhan
Bulan suci bulan yang penuh berkah
Bulan dimana kita kembali dilahirkan

Sebulan penuh kita berpuasa
Menahan haus menahan lapar
Menahan keinginan yang bagaikan kuda liar

Punguti pahala yang bertebaran
Pintu maaf terbuka lebar
Kini tertutup rapat sampai datang giliran

Oh ya Ramadhan kali ini
Terasa cepat sekali
Oh ya Ramadhan kali ini
Sepi dan sedihnya sampai kedalam tulang
Sepi dan sedihnya sampai kedalam tulang

DirahimMu ada ketenangan
Hangat disini dihati ini
Tapi mengapa pergi kami masih rindu

Akhirnya sampai di hari kemenangan
Hari dimana takbir membahana
Hari dimana setan setan dibebaskan

Oh ya bayi bayi yang dilahirkan
Akankah jadi santapan sang setan ?
Oh ya hantu hantu bergentayangan
Mencari jiwa yang dipenuhi dendam

Oh Tuhan tolonglah
Lindungi kami dari kekhilafan
Oh ya Tuhan tolonglah
Ramadhan mengetuk hati
Orang orang yang gila perang


Suara Dari Jalanan

Iwan Fals (1996)

Lagu ini dibawakan Iwan Fals pada Jambore Wisata di Malimping Banten tahun 1996, Iwan Fals waktu itu didampingi Iwang Noersaid, Jaloe, Karta, Anto Baret, Oyan. Mereka tampil live. Semua yang dinyanyikan Iwan Fals saat itu adalah lagu - lagu baru semua.

Jangan pernah kau berpikir yang bukan-bukan
Apalagi menuduhku sampah jalanan
Memang benar yang kupakai dekil dan kumal
Bukan berarti aku seorang kriminal

Oh malangnya kamu
Yang menilaiku seperti itu
Oh sok taunya kamu
Pergi saja sana ke ahli jiwa

Matamu sinis memandang sepatu bututku
Bibir mencibir nyindir sambil menghindar
Jangan kau sangka hatiku akan terluka
Hinaanmu membuatku semakin kasihan

Oh usilnya kamu
Yang memandangku seperti itu
Oh kemarilah kamu
Kan kukatakan aku cinta padamu

Duduk yang manis dengarkanlah laguku
Atau ikut menyanyi ikut menyanyi sambil menari
Daripada kau menangis karena frustasi
Lebih baik kau terima niat baikku

Oh suara jalanan meruntuhkan tembok feodal
Oh suara jalanan hanya mengabdi pada hati dan Tuhan

Desir angin dan deru ombak di lautan
Seperti itulah kakiku melangkah
Kisah nelayan dan batu batu karang
Sabar dan setianya jadi pedoman

Oh jangan kata hinaan
Siksa badan Insya Allah tahan
Oh suara dari jalanan
Suara murni untukmu kawan


Aku Tak Punya Apa Apa

(Iwan Fals)

Lagu ini dilihat dari liriknya mungkin dibuat sekitar tahun 1997 atau 1998, tepatnya setelah Galang Rambu Anarki meninggal (Galang adalah putra pertama Iwan Fals, lahir 1 Januari 1982 dan meninggal 25 April 1997).
Kita semua tahu, Galang adalah kebanggaan dan harapan buat Iwan Fals. Perasaan yang mendalam karena kehilangan menyebabkan Iwan Fals menyendiri, merasa gagal sebagai orang tua. Namun pada akhirnya Iwan Fals bisa bangkit dan terus berkarya seperti sekarang.

Setelah sekian lama menunggu
Akhirnya datang juga giliranku
Setelah semuanya habis terkuras
Setelah tak ada lagi harapan

Pada saat semangatku bergolak
Pada saat nafsuku mendidih
Aku jatuh impianku hancur berkeping – keping
Sampai aku tak berani lagi berharap

Aku jalani saja hidup ini tanpa suka tanpa duka
Dari waktu dari waktu aku tak mau tahu
Kini kau datang menggodaku untuk bercerita
Lalu kuceritakan saja semua yang kutahu

Aku tak punya apa – apa
Bukan aku mengeluh apalagi mengiba
Memang aku punya apa – apa
Kuceritakan itupun karena kau minta

Kadang aku merasa masihkah aku menjadi manusia
Kadang aku berpikir benarkah aku tersingkir
Sedangkan pintu – pintu sudah terbuka
Cerita pun belum berakhir

Aku tak ingin apa – apa
Bukan aku berontak apalagi menghina
Memang aku tak ingin apa – apa
Kuceritakan itu pun karena kau minta

Aku tak bisa apa – apa
Bukan aku merendah apalagi jumawa
Memang aku tak bisa apa – apa
Kuceritakan itu pun karena kau minta

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2010 Lapau Langkok