Suku Minangkabau

Sebagai gambaran gampangnya, daerah mana di Indonesia yang tidak ada rumah makan padangnya? Hampir semua ada bukan? Pasti! Walau bukan berarti semua yang membuka warung makan padang itu orang Minangkabau. Namun sebagian besar, yang melakukannya adalah orang Minangkabau.

Daerah asal suku Minangkabau sebenarnya terdiri dari kesatuan tiga wilayah adat yang disebut Luhak nan Tigo (wilayah yang tiga), yaitu Luhak Agam (kini Kabupaten Agam), Luhak Limapuluh Kato, dan Luhak Tanah Datar. Ada satu daerah yang dianggap asal nenek moyang mereka, yaitu Pariaman – Padang Panjang yang terletak di sekitar lereng gunung.

Anggota-anggota suku bangsa Minangkabau menyebut daerah mereka dengan nama Ranah Minang (Tanah Minang) dan menyebut mereka dengan Urang Minang atau urang awak. Di Minangkabau terdapat banyak suku, namun yang dianggap paling utama hanya ada empat, yaitu Koto, Bodi, Chaniago, dan Piliang.

Asal-Usul Nama Minangkabau

Sebenarnya tidak ada catatan resmi yang menunjukkan dari mana asal-usul kata Minangkabau diperoleh. Tapi sebagian besar masyarakat mempercayai bahwa Minangkabau berasal dari dua kata, yaitu minang dan kabau.

Minang berarti sejenis senjata tajam yang yang pernah dipakaikan pada moncong anak kerbau untuk mengalahkan kerbau besar. Minang juga bisa diartikan sebagai menang. Sedang kata kabau berarti kerbau.

Dikisahkan pada zaman dulu ada pasukan dari Jawa, yaitu dari kerajaan Majapahit yang ingin merebut daerah sekitar Sumatra Barat. Namun untuk menghindari pertumpahan darah, masyarakat Sumatra Barat mengajak adu kerbau. Bila kerbau Majapahit menang, maka mereka akan mengakui kedaulatan kerajaan tersebut.

Majapahit mempersiapkan kerbau yang besar, kuat, dan ganas. Sementara rakyat Sumatra Barat mengajukan anak kerbau yang masih kecil dan lapar.

Tapi di atas moncongnya dipasang sebilah senjata tajam (minang). Setelah kedua kerbau berhadapan, si anak kerbau langsung mencari susu (puting) kerbau yang besar hendak menyusu karena ia lapar.

Nah pada saat mencari-cari itulah, senjata minang menusuk perut kerbau besar yang akhirnya terluka dan kalah. Pasukan Majapahit akhirnya pergi. Sejak saat itu, daerah tersebut dinamakan Minangkabau atau kerbau yang menang.

Masyarakat Minangkabau Suka Merantau

Sistem kekerabatan masyarakat Minangkabau adalah matrilineal, yaitu garis keturunan ditarik dari garis ibu. Seorang yang lahir dalam satu keluarga akan masuk dalam kerabat keluarga ibunya, bukan kerabat ayahnya. Seorang ayah berada di luar kelompok kerabat istri dan anak-anaknya.

Peran seorang suami tidak jelas batasnya dalam kelompok kekerabatan. Sebab pertama karena prinsip matrilineal yang mana peranan ayah dalam rumah tangga teramat kecil. Sebaliknya, saudara laki-laki ibu (paman) yang lebih banyak berperan dalam kehidupan anak-anaknya.

Hal-hal penting dalam keluarga diputuskan oleh Bunda Kanduang, ibu dalam rumah Gadang (rumah besar). Sebab kedua karena keluarga intinya sendiri tinggal dengan keluarga senior dari pihak istrinya yang bersama-sama tinggal di rumah gadang.

Kekerabatan bersistem matrilineal inilah yang membuat harta warisan pun akan diturunkan berdasarkan nasab ibunya. Hal-hal inilah yang menyebabkan kaum laki-laki masyarakat Minang lebih suka merantau ke daerah lain.

Sebab lain mengapa orang Minangkabau suka merantau yaitu karena faktor ekonomi. Pertumbuhan besar-besaran pada masyarakat Minang tidak diikuti dengan pembukaan peluang kerja yang memadai. Akibatnya, mereka pergi ke daerah lain untuk mencari pekerjaan. Pada awalnya dan sebagian besar mereka mengawali usaha dengan berdagang.

Sisi Religius

Selain kedua sebab di atas, unsur agama juga berpengaruh terhadap budaya merantau. Orang suku Minangkabau sangat menjunjung nilai agama Islam. Mereka penganut agama Islam yang taat.

Anak laki-laki banyak meninggalkan rumah mereka untuk belajar di surau-surau. Mereka menimba ilmu agama. Untuk seterusnya mereka akan menimba ilmu dengan pergi ke berbagai daerah, bertemu dengan berbagai orang, berbagai budaya untuk mencapai kehidupan yang mereka inginkan.

Kini, orang Minangkabau hampir ada di seluruh wilayah Indonesia, bahkan dunia. Mereka merantau bukan saja untuk berdagang, tapi untuk menimba ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan.

Begitu banyaknya orang Minang yang merantau, akhirnya muncul istilah Minangkabau Perantuan, yaitu orang-orang suku Minangkabau yang hidup merantau di luar wilayah asalnya.



Sumber: http://dunia-panas.blogspot.com/2010/10/sejarah-minangkabu-suku-perantau.html

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2010 Lapau Langkok